Catatan perjalanan Perkemahan kenaikan tingkat
Sekolah Islam Terpadu MI Luqman Al Hakim
Semangat Menggelora Mencari Jejak
Naskah : Kak Ali Irfan
Foto-foto : Kak Araf Hakim
Semangat menggelora mengikuti perkemahan sudah terlihat sejak hari pertama di wajah-wajah siswa Sekolah Islam Terpadu MI Luqman Al Hakim. Di sanalah mereka akan merasakan petualangan terdahsyat selama tiga hari dua malam.
Begitu mendirikan tenda, sudah mulai terbersit harapan betapa menyenangkannya akan mengikuti hari-hari penuh petualangan. Simpul tali dilepas, ikatan pasak dibuka, tenda-tenda mulai dibentangkan. Dalam hitungan setengah jam, 16 tenda sudah berdiri. Dalam pelaksanaannya, Kak Araf sempat berkelakar bahwa pendirian tenda ini memang tidak dilombakan, hanya saja dinilai, dan akan diambil juara pendirian dengan penilaian tenda terbaik. Huh, gimana sih Kak Araf, katanya nggak dilombakan tapi kok dinilai dan ada juara.
Ternyata Kalian Butuh Tidur Juga
Kebiasaan menyebalkan yang dipertontonkan anak-anak di malam pertama saat ada kegiatan adalah, mereka tidak tidur pada saat waktu yang telah ditentukan. Mungkin karena semangat yang mereka bawa dari rumah, sehingga tak padam saat kegiatan baru berlangsung semalam. Seolah mereka tak butuh tidur, sebagian besar dari mereka menghabiskannya dengan main catur, bercanda, mengangsu air bersih, dan memasak. Padahal kakak pendamping sudah memperingatkan agar segera tidur karena agenda besok pagi terbilang padat dan penuh dengan aktivitas fisik, sehingga diperlukan kondisi fisik yang sehat dan prima. Sampai jam tiga, sebagian besar dari peserta, sebuah waktu untuk melaksanakan shalat malam, anak-anak putra melewatkan malam itu tidak dengan tidur.
Dan tampaknya kondisi mereka berubah saat shalat malam. Awal mereka yang semangat, mendadak tak berdaya. Mereka yang belum tidur, mulai menunjukkan gelagatnya. Mereka diserang kantuk yang luar biasa. Sehingga begitu selesai rakaat salam, mereka langsung tergeletak tidur. Tapi kakak-kakak pendamping tak ingin mengubah shalat lail berjamaah berubah menjadi acara tidur bersama. Yang tampak tertidur tetap dibangunkan untuk melanjutkan shalat malam sampai delapan rakaat ditambah tiga rakaat witir. “Ternyata kalian butuh tidur juga,” kata Kak Wiyarso, Kepala Madrasah MI Luqman AL Hakim.
Jeda selepas shalat tahajud dan sebelum shalat subuh benar-benar mereka manfaatkan untuk tidur! Tapi itu tidak berlangsung lama, begitu menjelang adzan subuh tiba, satu persatu mereka dibangunkan secara paksa! Itu tak bisa tidak karena ini adalah waktu shalat bukan waktu tidur! meski susah payah, mereka pun dibangunkan untuk segera berwudlu. Shalat subuh pun dilaksanakana dengan suasana penuh kantuk yang luar biasa. Ini sekaligus menegaskan bahwa ternyata mereka butuh tidur! Sikap sok jagoan yang mengaku bisa melek semalaman ternyata nol besar! Pagi itu adalah buktinya! Begitulah, syndrome malam pertama kegiatan di sekolah. Kita akan lihat saja pada malam berikutnya. Akankah mereka bisa bertahan dengan kemelekan mereka? Aku tegaskan disini, tidak!
Faris, Semangat Yang Tak Pernah Padam
Mencari jejak, melewati jalan setapak pada sebuah pematang sawah menjadi pengalaman paling mengesankan bagi anak-anak kelas Sekolah Islam Terpadu MI Luqman Al Hakim. Mu’tazamullah Al Faris, siswa kelas 3 menjadi salah satu anak yang mengukir sejarah terdahsyat saat mencari jejak. Saking bersemangatnya, ia sampai terperosok ke dasar jurang sedalam 3 meter.
Medan yang dilalui terbilang licin, embun masih menempel di rerumputan, sehingga. Faris yang tergabung dalam kelompok Umar bin Khattab, tanpa sadar menapaki jalan berlubang. Ia pun hilang keseimbangan, sampai akhirnya tertarik ke dasar jurang. Kak Amir yang saat itu menjadi pemandu, sama sekali tak mengetahui jika ada anggota yang jatuh. “Saat Faris terjatuh, ia sama sekali tak mengeluarkan suara,” katanya. Ia baru sadar ketika terdengar teriakan, “Faris jatuh! Faris jatuh!!” dari teman-teman kelompoknya yang ada di barisan belakang.
Mengerahkan sekuat tenaga, Faris mencoba bangkit, dan merangkak naik. Sayangnya medan yang ia lalui terlampau licin dan berlumpur. Sehingga menyulitkannya bergerak ke atas. Ia mencoba naik, begitu sampai di tengah ia melorot lagi ke bawah. Badan sudah berlepotan lumpur. Faris hanya tersenyum sambil memikirkan siasat untuk merangkak naik. Ia kembali naik dengan memanfaatkan rumput sebagai pegangan, tapi upayanya belum juga berhasil. Rumput yang basah dan licin membuat Faris kembali tergelincir ke bawah. Itu dilakukan sampai hampir sepuluh kali!
Yang menarik dari usahanya naik ke atas adalah semangat yang tak pernah padam. Meski terjatuh, ia sama sekali tak mengeluh, apalagi menangis. Meski terperosok ia sama sekali tidak shock. Mungkin bagi anak bermental lemah, sudah pasrah dan hanya menunggu bantuan. Tapi itu tidak berlaku bagi Faris. Meski di sana ada Kak Araf, Kak Amir, dan Kak Ali, ia tak memohon bantuan. Sebisa mungkin untuk mencoba bangkit dan naik dari dasar jurang menuju pematang sawah untuk sampai tujuan. HIngga usahanya berbuah manis. Ia berhasil naik ke atas pematang, dan melanjutkan perjalanan. Selamat ya, Faris!
Keberanian Itu Datang Saat Kita Kepepet
Nabila Kharisma dan Aisyah Amar Aulia menjadi siswa paling akhir dalam mencari jejak. Untuk menuruni medan menuju ke sungai yang licin dan terjal, keduanya perlu mengumpulkan nyali lebih. Banyak pertimbangan yang membuat Risma dan Aisy ini mau turun. Tak hanya karena licin, dan terjal, tapi satu hal yang membuat keduanya tertahan adalah karena ada binatang berkaki seribu yang mereka takutkan. “Nggak mau, ada luluh, Kak,” kata Risma. Luluh adalah binatang berkaki seribu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Lipan. Warnanya kecoklatan, dan tersebar di medan yang dilalui peserta mukhoyyam saat mencari jejak. “Nanti kotor, Kak,” timpal Aisy. Terlihat saat mereka memegangi roknya biar tidak terkena lumpur dengan kedua tangannya. Satu sisi mereka harus melewati medan yang tidak biasa, disisi lain ia harus mengubur ketakutan terhadap binatang dan kekhawtiran baju kotor berbelepotan lumpur. Tapi apa boleh buat, tak ada yang bisa menolongnya selain diri mereka sendiri. Akhirnya berbekal semangat dari Kak Ali yang terus memberikan semangat yang memompa keberaniannya, mereka pun akhirnya berhasil melewati medan, meski harus dibayar mahal dengan baju kotor terkena lumpur. Itulah, keberanian kadang bisa datang disaat-saat kita sedang terdesak. Tapi Risma dan Aisy telah membuktikan kalau mereka bisa!
Mata Ditutup,
Mencari Bola di Tengah Kubangan Lumpur, Teriakkan Teman Jadi Petunjuk
“Kanan-kanan. Kiri-kiri. Maju-maju. Mundur-mundur!” Suasana ramai diperlihatkan saat peserta mukhoyyam sedang mengikuti lomba mencari bola terbanyak. Masing-masing peserta ingin menjadi pemandu bagi salah satu temannya yang menjadi duta kelompoknya untuk mencari bola di tengah genangan lumpur. Ya, sudah dipastikan mereka belepotan lumpur. Bola yang berwarna-warni berubah menjadi satu warna, karena terbalut lumpur.
Yang ada ditengah-tengah bukan hanya bola, tapi juga benda-benda jebakkan seperti botol minuman, sandal bodol, dan batu-batu. Tugas mereka hanya satu, mencari bola sebanyak-banyaknya. Petunjuk yang kacau yang datang dari teman-temannya yang menyaksikan menjadikan mereka konsentrasi lebih. Hanya berbekal intuisi, dan menebak-nebak, akhirnya satu persatu dari mereka berhasil mendapatkan bola. Ada yang mendapatkan tujuh bola, lima bola, tiga bola, bahkan ada yang hanya dapat satu bola!
Permainan ini sangat menarik perhatian banyak peserta. Meski dilakukan siang hari yang panas, namun semangat mereka sama sekali tidak terpengaruh menjadi down untuk menyaksikan pertunjukkan seru itu! “Don’t try this at home!” jangan sekali-sekali coba di rumah, kecuali kalau kamu ingin rumahnya berlepotan lumpur, dan dimarahin sama ayah ibu J.
Uji Nyali, Jatuhkan Diri
Siapa berani jatuhkan diri dalam jaring yang dipegangi teman-teman sendiri? Menguji mental dan keberanian menjadi salah satu syarat untuk bisa mengikuti game ini. Jika tidak, jangan harap bisa menikmati serunya permainan ini. Yang dibutuhkan hanyalah kepercayaan, disamping juga kekuatan yang memegang tali untuk menerima teman yang menjatuhkan diri.
Nur Faiz Ramadhan, siswa kelas V, dengan gaya sok berani mencoba mengajukan diri menjadi yang pertama melakukan itu. “Ah, itu sih gampang,” begitu katanya. Namun begitu ia naik ke meja, Faiz merasa ada sesuatu yang menyerempet hatinya. Serr! Peristiwa itu membuat nyalinya berubah. “Ah, nggak jadi ah. Jangan aku yang pertama,” katanya.
Teknik permainannnya sederhana, salah satu peserta naik ke atas meja dengan ketinggian tertentu. Ada yang satu meter, dua meter, bahkan sampai tiga meter! Tergantung level. Sementara teman yang lain memegangi tali sebagai penadah. Jika ada satu saja pemegang tali yang lemah, dampaknya akan berakibat fatal, peserta yang menjatuhkan diri bisa terjatuh ke tanah! Karena itulah dibutuhkan kepercayaan dan kesungguhan untuk menyelamatkan korban agar selamat.
Web Spider Trap!
Jebakan jaring laba-laba. Begitulah arti dari judul di atas. Semua peserta harus melewati lubang jaring yang terbentang di antara dua pohon. Syaratnya, setiap badan yang melintas jaring laba-laba, tidak diperbolehkan untuk menyentuh jaring.
Permainan ini membutuhkan kerjasama tim yang tangguh. Satu peserta membopong temannya untuk melewati jaring.satu jaring untuk satu peserta. Fayyadh merasa tertantang saat menjadi korban, kita bisa lihat saja ekspresinya ketika melintasi jaring laba-laba. “Seru dan menyenangkan!”
Menguak Kode Sandi Rahasia!
Dengan gagah, eh, cantik, Rania Bajri memeragakan semaphore yang merupakan salah satu sandi dengan menggunakan alat peraga bendera. Dipandu Kak Aan, Rania bersama kelompoknya tampil percaya diri dan berhasil melewati pos semaphore dengan gagah, eh, salah lagi. Dengan cantik!